Ikoy-ikoyan Berbagi atau Meminta?

Pada kesempatan kali ini kita akan belajar tentang sesuatu yang hit banget, yaitu ikoy-ikoyan. Apa itu ikoy-ikoyan? Kalau orang bilang ikoy-ikoyan yaitu berbagi, ada yang bilang sedekah, ada yang bilang memberikan hadiah. Jadi konsepnya adalah seseorang pingin ngasih hadiah kepada orang yang tidak dikenal aja, pokoknya randomly melakukan kebaikan. Tapi... ada efek sampingnya nih, jadi banyak dampaknya yang suka meminta-minta. Nah bagaimana nih menurut pandangan Islam. Makanya pada tema kali ini adalah Ikoy-ikoyan Berbagi atau Meminta?

Langsung saja kita bahas kita tanyakan kepada Habib, sebenarnya kalau dalam pandangan Islam ketika kita memberi, boleh nggak kita memberikan syarat, misalkan: selebgram ini memberikan syarat harus LIKE dulu, harus FOLLOW dulu, atau kita kalau mau memberi itu dalam pandangan Islam tidak boleh bersyarat atau bagai mana Habib? Mohon Tausiahnya:

Habid Abdulullah memberikan penjelasan seperti berikut:

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Alhamdulilahi rabbil ‘alamin, was sholatu wassalamu ‘ala, asyrofil mursalin,  sayyidinaa wa habibina muhammadin wa’alaa alihi wasohbihi ajma’iina, amma ba’du. Nah ini lagi tren banget masalah yang namanya ikoy-ikoyan. Saya juga baru belajar tentang ikoy-ikoyan Tapi yang akan kita tilik di sini, yang akan lihat dahulu adalah praktek ikoy-ikoyan ini. Apa sih ikoy-ikoyan? Ikoy-ikoyan itu berbagi, ya dengan syarat; harus like, harus follow, harus subscribe dan lain sebagainya. Nah maka, kalau kita lihat secara praktiknya, ikoy-ikoyan adalah hal yang Jaiz. Yang jaiz itu apa? Yang diperbolehkan saja. Karena itu adalah hadiah bisyarat (memberikan hadiah dengan syarat). Atau seandainya ada kulfah,  ada hal yang misalnya diberikan, terus lagi hal itu ada imbalannya, ada yang harus dikeluarkan, ada yang modalnya, maka itu para alim ulama fikih mengatakan adalah ju'alah atau sayembara. Seperti apa contohnya? Misalnya: Saya minta tolong sama ustad Syam, "Ustadz Syam, saya pingin dong manuscript Syekh Yusuf Al Makassari" misalnya. Ustadz Syam nyarinya gak gampang, harus kontak ke sana - ke sini, ibaratnya dia foto copy dan lain sebagainya, nah ini ada kulfah. Makanya itu namanya sayembara, namanya ju'alah. Berbeda dengan hadiah bisyarat tadi, hibah memberikan sesuatu akan tetapi dengan syarat misalnya harus follow ini, harus follow ini. Itu kan gak butuh modal ya, tinggal gerakin jari saja, like ini, like ini dan lain sebagainya. Nah, bagusnya gimana kita melakukan pemberian? Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam mengajarkan kepada kita di dalam sabdanya: "wabda’ biman ta’uul" Mulailah sedekah atau pemberian itu terhadap orang - orang terdekat, diantaranya apa? diantaranya Aqorib kita, orang-orang saudara kita, lihat kita punya adik, kita punya kakak, lihat kita punya sepupu, lihat kita punya tetangga, lihatin apakah diantara mereka ada yang membutuhkan? mereka yang lebih perlu. Lihat kita punya asisten, lihat kita punya orang-orang terdekat kita, orang-orang yang kenal dengan kita, juga lihat madrasah-madrasah di samping-samping kita, ada TPA, ada Madrasah Diniyah, ada Pondok Pesantren dan lain sebagainya, nah ini diantara hal - hal yang diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad  shallallahu alaihi wasallam, bagaimana caranya agar kita memberikan dampak sosial yang baik. Makanya Nabi Muhammad  shallallahu alaihi wasallam juga menyatakan dalam hadist bahwa "Sodaqoh, pemberian terhadap aqorib adalah sodaqoh wasilah" Pemberian kita terhadap orang - orang terdekat sedekah kita juga, menyambung tali silaturahmi juga. Makanya orang - orang yang menyambung dari pada tali silaturahmi ini biasanya Allah subhanahu wa ta'ala berikan keberkahan rejeki, karena apa? orang - orang terdekat kita ya lebih dekat dengan kita, kadang memberikan doa -doa yang baik sehingga kita diberikan panjang umur oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan mudah - mudahan kita semua amin ya rabbal alamin.

Jadi kalau ada syaratnya boleh diikuti apa tidak ustadz?

Habid Abdulullah menjawab: "kalau ada syaratnya tidak masalah"

tapi yang perlu digaris bawahi membantu orang-orang terdekat dulu?

Habid Abdulullah menjawab; "Asal syaratnya juga, syarat-syarat yang mubah, jangan sampai syaratnya merugikan salah satu pihak atau orang lain"


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel