Husni Malik, Pencipta Media Pembelajaran Pendidikan Antibosan

Kasus siswa tidak menghormati guru tercatat sering terjadi di dunia pendidikan. Ini membuktikan bahwa siswa perlu penguatan pendidikan karakter. Husni Malik memiliki inovasi pembelajaran terkait permasalahan tersebut.

Husni Malik, Pencipta Media Pembelajaran Pendidikan Antibosan
INOVATIF: Media pembelajaran dari barang bekas karya Husni Malik. Foto kanan, Husni Malik raih juara 3 nasional. (ZALUL LINA RACHMAWATI/RADAR SOLO )
SENYUMNYA ramah. Ketika berbicara tentang dunia pendidikan, semangatnya pun menyala. Terutama ketika menyentuh pendidikan karakter. Menurut Husni, guru memegang peranan penting dalam penguatan karakter siswa. Tak hanya pintar soal akademik, namun harus lebih menyentuh secara lahir batin pribadi siswa. “Bagaimana guru hadir menyapa siswanya,” kata Husni Malik kepada Jawa Pos Radar Solo.

Husni merasa selama ini siswanya hanya mendengarkan materi dari guru saja. Komunikasi yang terjalin antara guru dan siswa hanya satu arah. Di mana guru hanya sebagai sumber dan siswa sebagai penerima informasi. Kondisi ini yang membuat siswa cepat jenuh.

Husni pun tergerak membuat inovasi pembelajaran. Tujuannya, agar siswanya bisa lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga ada aktivitas yang nyata, ada gerak fisik, olah rasa, dan olah karsa. Sementara guru beralih tugas sebagai fasilitator bagi siswa.

Ada beberapa inovasi pembelajaran yang diciptakan Husni. Di antaranya, mind mapping atau peta pikiran. Konsep ini diterapkan pada mata pelajaran (mapel) IPA dalam materi perkembangbiakan hewan dan tumbuhan. Pada mapel IPS, konsep ini diterapkan dalam materi karakteristik negara ASEAN dengan menggunakan kertas bekas yang disusun menjadi dua dimensi.

“Kemudian ada puzzle bunga yang digunakan untuk menjelaskan proses perkembangbiakan tumbuhan. Dalam mapel Bahasa Indonesia, saya munculkan produk pembelajaran yang dikenal dengan nama memo literasi,” katanya.

Memo literasi adalah semacam produk kreativitas yang dibuat siswa dari barang-barang bekas dengan desain sendiri. Memo literasi itu dimanfaatkan untuk mengerjakan lembar kerja tentang ide pokok dari suatu bacaan. Husni menyebut guru tidak perlu menyediakan lembar kerja siswa (LKS) lagi.

“Dari sini siswa jadi memahami proses membuat ide pokok. Ketika siswa memiliki sebuah ide pokok bisa mereka tuangkan dalam bentuk cerpen. Sebagai apresiasi, karya cerpen terbaik akan dibukukan dalam buku kumpulan cerpen,” jelasnya.

Guru kelas 6 SDIT Nur Hidayah tersebut juga membuat dua media pembelajaran. Yaitu rumah budaya belajar dan Punokawan berlari. Husni mengatakan, rumah budaya belajar dibuat oleh dan untuk siswa sebagai evaluasi media pembelajaran. Media pembelajaran ini dibuat menggunakan kardus dan tutup botol bekas. Serta memanfaatkan dinamo dengan rangkaian listrik dengan baterai sebagai sumber energi.

Cara membuatnya, siswa mendesain bangunan rumah dua dimensi, lalu mereka mencari gambar rumah adat di internet kemudian di print dan ditempel di kardus. Setelah dibuat atap rumah, bagian badan rumah ditempeli potongan tutup botol bekas. Gunanya untuk menggantungkan soal-soal evaluasi yang mereka buat dari materi pembelajaran yang mereka dapatkan di kelas. Kemudian mereka memasang dinamo tab yang bisa berputar dan dirangkai dengan rangkaian listrik menggunakan sumber energi baterai.

Pada pucuk dinamo, lanjut Husni, ditempelkan arah jarum jam dan di sekeliling jarum jam tersebut diberi angka-anagka yang ditulis di badan rumah budaya belajar. Di sana juga diletakkan saklar on dan off untuk menjalankan media pembelajaran tersebut. Ketika menekan tombol on maka dinamo akan berputar bersamaan dengan jarum jam dan saat ditekan off maka akan berhenti.

“Ketika berhenti itu, maka jarum jam akan menunjuk salah satu  angka. Angka yang ditunjukkan pada jarum jam itu adalah angka yang tersedia pada tutup botol yang telah diberi soal tadi, di mana jawaban dari soal itu sudah disediakan di belakangnya,” katanya.

Sedangkan untuk media belajar Punokawan berlari, siswa diajarkan untuk berkompetisi. Siswa dibagi menjadi empat kelompok dan diberi nama sesuai nama-nama Punokawan. Masing-masing kelompok ini berbaris ke belakang. Di sana sudah disediakan bendera dengan gambar tertentu dan juga dua media pilihan.

“Siswa pertama berlari mengambil bendera kemudian menancapkan di salah satu media pilihan tersebut. Setelah itu siswa berlari ke belakang dan bergantian dengan siswa ke dua serta dilakukan sampai peserta terakhir,” ujarnya.

Baca Juga:


Untuk media ini sudah dipakai pada materi pembelajaran tumbuhan dengan vegetatif alami atau vegetatif  buatan. Jadi bendera tersebut diberi gambar tumbuhan lalu ditancapkan pada media yang vegetatif alami atau vegetatif buatan. Setelah semua tertancap, kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil jawaban tersebut.

Inovasi pembelajaran ini berhasil membawa Husni meraih juara 3 dalam Lomba Inovasi Pembelajaran Guru Pendidikan Dasar Tingkat Nasional 2019. Kompetisi ini diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Sumber:  jawapos.com [Kunjungi Link Sumber]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel