Joko Murtanto, Difabel Pendiri PAUD Yasmin Desa Gilirejo, Miri, Sragen. Biaya dari Jual Lukisan,Ruang Tamu Jadi Kelas

Joko Murtanto, penyandang difabel asal Dusun Gunungsono, Desa Gilirejo, Miri, Sragen memberanikan diri mendirikan Taman Kanak-Kanak (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Yasmine. Memanfaatkan ruang tamu di rumahnya sebagai kelas.

Joko Murtanto, Difabel Pendiri PAUD Yasmin Desa Gilirejo, Miri, Sragen. Biaya dari Jual Lukisan,Ruang Tamu Jadi Kelas
Joko Murtanto bersama anak-anak Paud Yasmin (LATIFAH AMATULLAH)
SEORANG bertubuh gempal mengenakan blangkon batik sedang duduk di sebuah ruangan sempit di dalam rumah di Dusun Gunungsono, Desa Gilirejo, Miri, Sragen. Pandangannya fokus ke arah belasan anak-anak yang sedang membaca buku. Sejurus kemudia dia mulai membuka sebuah buku cerita berbahasa Inggris.

Di tengah membaca, dia sesekali menerjemahkan dan menceritakan setiap detail adegan di dalam buku. Merangkai kata sembari memberikan nilai-nilai positif yang dapat dipetik dari buku tersebut. Di akhir cerita, anak-anak bertepuk tangan riuh. Membahana memenuhi setiap sudut ruangan.

Inilah sekelumit gambaran aktivitas Joko Murtanto. Penyandang difabel pendiri TK dan PAUD Yasmine. Dia mendirikan TK dan PAUD karena berawal dari keprihatinan minimnya fasilitas pendidikan di kampungnya. Sebab jarak TK dan PAUD terdekat dari Dusun Gunungsono lumayan jauh. Sekitar 5 kilometer (km).

Joko merintis PAUD Yasmine pada 3 Januari 2019. Waktu itu baru memiliki 7 murid. Memanfaatkan ruang tamu rumahnya ukuran 7x4 meter persegi.

“Belum punya meja dan kursi. Anak-anak melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) hanya belaskan MMT bekas. Itu pun ruang tamunya belum ada pintunya. Kalau malam hanya ditutup terpal bekas,” kata Joko.

Mata pencaharian mayoritas warga Dusun Gunungsono hanya petani dan buruh harian lepas. Sebagian menjadi buruh karamba di Waduk Kedung Ombo (WKO). Tak heran jika penghasilan warga sekitar tidak menentu.

“Uang SPP anak-anak per bulan hanya ditarik Rp 25 ribu per bulan. Kalau ada orang tua yang tidak mampu, SPP-nya bisa kurang. Yang penting anak-anak bisa sekolah,” beber bapak dua anak tersebut. 

Tenaga pengajar PAUD Yasmine hanya tiga orang. Joko ditemani istrinya Wahyu, 28, dan Indah, 19, yang masih bertetangga. Lambat laun PAUD Yasmine mulai berkembang. Joko lalu merintis TK Yasmine pada 17 Juli. Hingga kini total memiliki 15 murid.

Biaya operasional TK dan PAUD Yasmine mayoritas tersedot untuk pembelian buku dan alat peraga edukatif (APE). “Saya menggaji Bunda Indah sebulan Rp 700 ribu. Pendidikan dia hanya lulusan SMA,” terang pria kelahiran Sragen, 1 Agustus 1980.

Biaya operasional mayoritas berasal dari menjual lukisan karya Joko. Memiliki keterbatasan fisik pada tangan, dia sudah menekuni seni lukis sejak masih berusia 7 tahun. Belajar secara otodidak. Aliran seni lukis yang didalaminya berupa karikatur dan kaligrafi.

Konsumen lukisan karya Joko bukan orang sembarangan. Dia pernah mendapat order melukis wajah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Republik Indonesia Wiranto. Karya lukisan dipasarkan lewat media sosial Facebook.

“Setelah mengajar anak-anak, saya membuat karikatur melalui microsoft word. Biasanya ada orang yang pesan. Pernah juga dibeli orang Jerman, Denmark, dan Malaysia. Hasilnya untuk biaya operasional TK dan PAUD,” jelasnya.

Mendirikan TK dan PAUD bukan tanpa tantangan. Di awal merintis, Joko sering mendapat cibiran dari para tetangga. Maklum, selain penyandang disabilitas, dia hanya lulusan SMA.

“Perjuangannya berat. Pernah difitnah korupsi dana iuran SPP. Dulu sempat ingin mundur dan berhenti. Tetapi, melihat semangat anak-anak, spirit saya tumbuh lagi,” kenang Joko.

Di tengah keterbatasan, Joko selalu menanamkan kepada anak didiknya untuk selalu tersenyum. “Walaupun masalah datang bertubi-tubi, saya yakin Allah selalu memberi kejutan di luar nalar kita. Selama kita tak pernah berhenti berdoa dan berusaha,” ucapnya.

Baca Juga:


Target selanjutnya, Joko ingin membangun ruang kelas yang lebih representatif. Rencananya akan dibangun tepat di samping rumahnya. “Sekarang seadanya dulu. Jadi satu dengan rumah tidak apa-apa,” ujarnya.

Sumber:  jawapos.com [Kunjungi Link Sumber]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel